ABSTRAK
Balai Besar Pengawasan dan Obat Makanan (BBPOM) Surabaya mengeluarkan public warning atas obat tradisional yang beredar di pasaran. Peringatan itu dikeluarkan setelah menemukan obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat Siproheptadin hidroklorida. Pada dua tahun terakhir ini jamu yang mengandung bahan kimia obat siproheptadin meningkat. Pada tahun 2017 terdapat satu sampel jamu yang mengandung siproheptadin Hcl dan pada tahun 2018 terdapat empat sampel jamu yang mengandung siproheptadin. Siproheptadin merupakan antihistamin dengan aktifitas sebanding dengan klorfeniramin maleat. Efek samping yang terjadi jika mengkonsumsi siproheptadine hcl antara lain reaksi alergi seperti gatal-gatal,sulit bernafas,bengkak pada wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan, halusinasi, kejang-kejang, merasa akan pingsan, detak jantung berdegup cepat. Siproheptadin juga memiliki efek samping penambah nafsu makan. Dari efek samping inilah banyak produsen jamu yang menambahkan Bahan Kimia Obat siproheptadin pada jamunya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan siproheptadin dalam jamu penggemuk badan. Metode identifikasi yang digunakan adalah reaksi warna dan kromatografi lapis tipis, dalam reaksi warna digunakan pereaksi Asam Sulfat dan marquis dan dalam kromatografi lapis tipis menggunakan fase gerak (N butanol 60 : metanol 40). Sampel yang digunakan adalah jamu penggemuk badan. Pada reaksi warna parameter yang digunakan adalah warna yang sama dengan baku pembanding dan parameter untuk Kromatografi Lapis Tipis adalah suatu sampel positif atau negatif dengan menentukan nilai Rf. Hasil uji dinyatakan negatif jika nilai hRf atau Rf dari bercak larutan uji tidak sama dengan nilai hRf atau Rf bercak larutan baku dan larutan kontrol positif. Analisis data dilakukan secara deskriptif, berdasarkan hasil penelitian dari ke empat sampel penggemuk badan dengan metode kromatografi lapis tipis dan reaksi warna tidak terdapat jamu yang mengandung siproheptadin.