ABSTRAK

Zat pewarna makanan alami telah dikenal sejak dulu dalam industri makanan, namun sudah sejak lama pula terjadi penyalahgunaan dengan adanya pewarna buatan yang tidak diizinkan digunakan untuk makanan. Contoh yang sering ditemui di lapangan dan diberitakan di beberapa media massa adalah penggunaan bahan pewarna Rhodamin B yaitu zat pewarna yang biasa digunakan dalam industri tekstil. Rhodamin B tercantum sebagai jenis bahan berbahaya yang disalahgunakan pada pangan dalam Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri RI dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. 43 Tahun 2013 No. 2 Tahun 2013 Tentang Pengawasan Bahan Berbahaya yang Disalahgunakan dalam Pangan. Salah satu penyalahgunaan zat pewarna Rhodamin B adalah penggunaannya pada kerupuk merah. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya Rhodamin B pada kerupuk merah yang beredar di Pasar Induk Kramat Jati Jakarta timur. Sebanyak tiga belas sampel kerupuk merah yang digunakan dalam penelitian ini. Tahap awal dari penelitian ini adalah penarikan zat warna yang dilakukan dengan metode serapan bulu domba, selanjutnya hasil ekstraksi yang didapat diidentifikasi dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT). Hasil yang didapat menunjukkan dua dari tiga belas sampel kerupuk merah yang diidentifikasi positif mengandung Rhodamin B, yaitu sampel D dan sampel J karena memiliki kesesuaian dengan baku pembanding. Baku pembanding Rhodamin B menghasilkan bercak/noda berwarna merah muda jika dilihat secara visual dan memberikan fluoresensi jingga jika dilihat dibawah sinar UV 366 nm. Kedua sampel yang positif yaitu sampel D memiliki nilai Rf 0.81 dan sampel J memiliki nilai Rf 0.78. Ciri-ciri sampel yang positif mengandung Rhodamin B adalah warnanya lebih cerah dibandingkan dengan sampel lainnya. Dari penelitian ini diketahui bahwa Rhodamin B masih digunakan sebagai pewarna pada makanan.

Kata kunci : Rhodamin B, kerupuk merah, Kromatografi Lapis Tipis